SINARBANGSANEWS.COM – Setelah lebih dari setahun konflik mematikan, Gaza bersiap memasuki fase baru pasca tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Kesepakatan ini diumumkan oleh Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dan akan mulai diberlakukan pada Minggu mendatang.
Kesepakatan tersebut mencakup:
1. Pembebasan Sandera dan Tahanan: Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk perempuan, anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 990 hingga 1.650 tahanan Palestina, dengan rasio 1 sandera sipil ditukar 30 tahanan, dan 1 sandera tentara wanita ditukar 50 tahanan.
2. Distribusi Bantuan Kemanusiaan: Lebih dari 600 truk bantuan kemanusiaan akan diizinkan masuk ke Gaza setiap hari untuk mendistribusikan kebutuhan pokok masyarakat terdampak.
Proses gencatan senjata akan berlangsung dalam tiga fase selama enam minggu:
Fase Pertama: Penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza tengah dan pemulangan warga Palestina ke Gaza utara.
Fase Kedua: Pembebasan seluruh sandera yang tersisa, penghentian permanen aksi militer, dan penarikan penuh pasukan Israel.
Fase Ketiga: Pemulangan jenazah sandera dan dimulainya rekonstruksi Gaza yang diawasi oleh Mesir, Qatar, dan PBB.
Reaksi Dunia Internasional
Kesepakatan ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Presiden AS Joe Biden menyebutnya sebagai hasil diplomasi intensif, sementara Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi menegaskan pentingnya kelanjutan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kesiapan PBB untuk mendukung implementasi kesepakatan ini.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pemerintahnya akan melakukan pemungutan suara terkait kesepakatan ini. Presiden Israel Isaac Herzog menyebut langkah tersebut penting meskipun akan menghadapi tantangan besar.
Dampak Konflik
Sejak serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel dan membawa lebih dari 250 orang sebagai sandera, situasi di Gaza memburuk. Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Dengan gencatan senjata ini, harapan besar muncul untuk perdamaian di kawasan tersebut, meskipun tantangan berat tetap menanti di masa depan.